Logical Fallacy dan Slow Response

Suatu hari saya berada dalam forum rapat. Sebenarnya hari itu tidak ada agenda rapat, namun karena suatu informasi yang penting untuk kami ketahui bersama, pimpinan kami mengadakan rapat dadakan. Info rapat disampaikan dua jam sebelum rapat. Lebih tepatnya bukan rapat, sekadar koordinasi dan penyamaan persepsi. Isi ederannya kurang lebih seperti ini;

Kepada....
Dimohon semuanya hadir di ruang..... . Pada hari ini, pukul 13.30 Wib.
Atas perhatiannya terimakasih.

Padat dan tegas. Walaupun dalam edaran di group WA terkait koordinasi tidak dijelaskan agenda yang akan dibahas sebenarnya saya sudah bisa menebak apa yang akan dibahas. Karena pada hari itu memang ada beberapa permasalahan yang muncul. Salah satunya adalah permasalahan selisih gaji yang diterima oleh teman saya (sebut Lina).

Namun permasalahannya yang dibahas bukan selisih gaji yang diterima oleh Lina. Tetapi pembahasan lebih mengarah pada pola komunikasi. Pada bulan itu Lina menerima gaji yang seharusnya satujuta sekian namun yang dia terima hanya enam ratus sekian. Selisihnya kurang lebih satu juta. Mengetahui hal itu Lina bertanya di Group WA, yang memang group tersebut tempat tanya jawab "Q&A Kedinasan". Kurang lebih pesannya seperti ini;

"Mohon penjelelasannya gaji yang saya terima kurang satu juta. Harusnya sekian, tapi yang saya terima sekian. Maka dari itu saya tidak mau tanda tangan (SPJ). Ttd saya jangan ditempak, karena yang saya terima tidak sesuai. Jika tidak ada respon saya akan menghubungi pihak terkait."

Sekilas memang tidak ada masalah dari chatt Lina. Namun kenapa sampai harus ada koordinasi dan penyamaan presepsi yang sangat urgent. Dadakan.

Koordinasi dibuka oleh pimpinan dengan agak tegang, intonasi-intonasi tinggi dan meletup-letup. Saya pun bertanya-tanya "masalah apa yg sebenarnya terjadi, sampai harus dengan leher menegang?". Setelah pimpinan kami panjang lebar menjelaskan, disusul bagian yang menangani administrasi gaji juga ambil bagian menjelaskan. Dari kedua penjelasan, saya mencoba memahami dengan kepala dingin, mencari duduk permasalah yang dibahas. Yang saya temukan pembahasannya lebih mengarah pada pola komukasi.

Pimpinan dan bagian administrasi menyalahkan Lina, pertenyaan Lina di "Q&A Kedinasan" dianggap menyalahi aturan. Dianggap permasalah tersebut sebatas permasalahan pribadi antara Lina dan Bagian administrasi. Dan pihak pimpinan serta bagian administrasi berharap ke depan hal-hal semacam itu tidak ditanyakan di group. Namun, langsung ke bagian administrasi. Japri

Selain itu, Lina dianggap kurang sopan karena ada kalimat semacam ancaman. "jika tidak ada respon saya menghubungi/melapor ke pihak terkait." kalimat tersebut dinilai mengancam instansi yang nantinya akan mencoreng nama baik.

Ada dua hal yang saya garis bawahi, yang pertama adalah kesesatan berfikir (logical fallacy). Kata fallacy berasal dari bahasa latin, yaitu; fallacia yang artinya tipu muslihat. Sederhananya Logical Fallacy merupakan kesesatan logika berfikir seseorang baik dalam berargumentasi atau dalam mengambil keputusan.

Sering kita bertemu seseorang yang argumentasinya atau keputusannya sesat. condong salah dalam menyimpulkan, walaupun premisnya sudah benar. Baik itu disengaja atau pun tidak. Salah satu tujuannya adalah; propaganda, tipu muslihat atau sarana mempengaruhi orang lain.

Dari paparan di atas semua pasti tahu masalah utama Lina adalah selisih gaji. Lebih bijak jika rapat koordinasi tersebut mengarah pada masalah selisih gaji dan solusinya. Namun yang terjadi Lina disudutkan dan dituduh bersalah karena bertanya di group. Namun dari sudut pandang lain, Justru dari permasalah di atas membuka mata kami terkait gaji yang merupakan hak kami. Tidak menutup kemungkinan hal yang sama terjadi pada karyawan yang lain. Dengan keberanian Lina semua lebih hati-hati, baik karyawan atau pun pihak administrasi. Yang kedua adalah budaya komunikasi yang kurang sehat.

Chatt Lina di group yang bernada mengancam pasti ada yang mendasarinya. Bisa kita lihat chatt Lina; "jika tidak ada respon saya akan menghubungi pihak terkait." pada dasarnya ancaman itu tidak berarti apa-apa jika kita berada diposisi benar. Harapan Lina sederna, butuh respon dari pihak pimpinan atau pun pihak administrasi. terkait apa yang telah Lina alami.

Karena dasarnya budaya komunikasi yang kurang sehat, muncul kegetiran dari Lina. Respon terhadap pertanyaan yang kurang solutif dan bijak. Lina perlu menegaskan dengan nada mengacam. Padahal dari segi bahasa, kalimat Lina lebih mengarah pada alur administrasi. Memang seharusnya, jika pihak instansi tidak menemukan solusi atau slow response yang harus dilakukan Lina bertanya/melaporkan kepihak terkait.

Permasalahan seperti di atas harus dihadapi dengan kepala dingin. Sehingga tidak terjebak dalam logical fallacy, keputusan yang salah. Menemukan titik permasalahan dan mencari solusi itu lebih bijak dari pada sekedar mempermasalahkan second problem. Selebihnya, budaya komunikasi yang sehat akan mengurangis masalah yang timbul.

Pemimpin yang bijak tidak sekadar mau mengakui kesalahannya. Namun, mengutamakan solusi lebih berharga dan sangat diharapkan oleh semua bawahannya.


Ditulis Oleh Untung, S.Pd.
Guru Seni Budaya





Next Post Previous Post
No Comment
Komentar
comment url