Masalah Administratif, Bukan Masalah Kita
Beberapa saat setelah sampai di tanah kandungan, saya langsung menghubungi teman untuk ngopi malam harinya. Lebih tepatnya bukan teman, tetapi senior. Dia senior saya di kampus, dan satu jurusan, yaitu; Sendratasik Unesa.
Walau pun tujuannya pulang atas nama rindu pada orang tua. Menyempatkan ngopi dan mengolah pikir juga sebagai kerinduan yang lainnya. Dan senior yang satu ini salah satu yang membuat pola pikir saya tergelitik. Menanamkan kerinduan.
Seperti pertemuan tadi, di warkop Aquarium. "bekerja di lingkup pemerintahan banyak selesai di administrasi, walau pun itu di dunia pendidikan sekali pun." uangkapnya. Saya pun tertawa. Karena hal itu juga yang saya pikirkan.
Ceritanya; ada teman dia yang baru naik pangkat. Prosesnya tanpa kenda, lancar. Berkas-berkasnya tidak ada satu pun yang ditolak. jangankan di tolak, direvisi saja tidak ada. Mulus. Padahal saya tahu, semuanya hanya administratif.
"PTK (Penelitian Tindakan Kelas) nya pesenan. Lengkap dengan laporannya. Seminar PTK nya, loh hanya foto-foto; pura-pura jelaskan, pura-pura ada yang tanya. Wes, kacau." lanjut dia.
Saya pun tambah tertawa, karena hal itu sepertinya sudah menjadi rahasia umum. Permasalahan seminar abal-abal, selesai difoto-foto saja terjadi dimana-mana. Bayangkan, setingkat kepala sekolah, dan setingkat tim penilai kenaikan pangkat pun melakukan semacam itu. Parah.
Artinya; proses semacam itu semacam budaya yang tersembunyi, Hidden culture. Kebiasaan yang hidup dan tumbuh di dasar lautan. Yang harusnya trumbu karang yang indah, namun ternyata tumpukan sampah.
Selain masalah sarana-prasarana, minimnya bahan pembelajaran, dan mahalnya pendidikan bagi maayarakat menengah ke bawah, masalah utamanya ada pada diri guru. Bukan berarti saya merendahkan guru, namun kenyataannya memang hidden culture harus lebih awal diperbaiki.
Dalam pandangan masyarakat umum akademisi adalah seseorang yang berpendidikan atau berintelektual tinggi. Guru termasuk di dalamnya. Budaya akademik tumbuh dan menjadi jiwa dalam diri akademisi. Salah satu budaya akademisi adalah tradisi ilmiah; penelitian ilmiah; publikasi ilmiah, diskusi ilmiah.
PTK sebenarnya bagian dari penelitian ilmiah, dan seminar PTK juga termasuk dalam publikasi ilmiah. Seandainya seminar PTK dilaksanakan dengan benar, tidak sebatas foto-foto. Namun sesuai dengan fungsi dan tujuan publikasi ilmiah; sebagai ruang berbagi pengetahuan dan bahan evaluasi secara kritis, serta pengembangan bersama. Pendidikan akan jauh lebih baik.
Ternyata, kebersamaan kita sudah lama, sampai lupa kalau ini warung kopi. Agar ngopi ini tidak sekadar formalitas, dan administratif saja, mari kita nikmati kopinya selayaknya para pecinta kopi. Masalah pendidikan kita lanjutkan nanti. Kami pun tertawa bersama.