Surat untuk Niken & Anak-anakku 8G || Pendampingan Membaca dan Menulis

 


Sebelum membaca surat ini alangkah baiknya terlebih dahulu membaca kisah Niken dalam Cerita "Bapak Ayo Main" di atas.

To Niken

Anakku, Niken. Musim hujan sudah hampir habis. Jagung-jagung di ladang sudah dipanen. Alhamdulillah, panen kali ini sangat banyak, kulit jagungnya juga bagus-bagus. Rasanya tangan ini gatal, ingin membuat boneka panggung, seperti waktu kamu masih kecil. "Pasti kamu sangat suka!" 

Saya tulis surat ini sekadar untuk mengobati rindu. Saya tahu, kamu di sana bukan untuk liburan, apalagi untuk senang-senang. Cita-citamu meraih gelar Doktor diumur muda, sejak kecil sudah kamu ungkapkan. Saya yakin, kamu bisa!

Setelah S2 kamu selesai, kamu sudah minta izin untuk tidak menyia-nyiakan waktu, lanjut S3 di Amerika pula. Semoga ada jalan kemudahan bagimu, nak. Dua boneka panggung dari kulit jagung hasil ladang ayah, yang baru saya buat juga ikut mendoakanmu. Air mata pun, menetes, menjadi saksi, sekaliagus turut mengamini. 

Saya teringat, waktu saya down, menjalani pemulihan setelah kecelakaan, kaki ini diamputasi. Waktu itulah saya melihat, benih api semangat berkobar di dalam dirimu. Kamu tanpa lelah menghibur saya. Berusaha untuk mengajak bicara. Dimana saya masih remuk untuk menerima kenyataan, hilang satu kaki. Niken, yang membuat saya sadar, bahwa saya masih memiliki kebahagiaan. Bahkan tak ada orang lain yang memilikinya, yaitu; kamu. 

Tak mungkin kulupakan, saat kamu mendengar perut ayah keroncongan, kau berlari membelikan weci. Karena tidak ingin wecinya dingin, kamu pulang pun dengan berlari. Di depan mataku, kamu terjatuh, wecinya berhamburan. Tak jauh darimu ada ayam, melihat weci yang kamu beli ada di tanah, ayam-ayam langsung menyambarnya. Kamu langsung bangkit, mengusir ayam yang memakan wecinya. Padahal dengkul dan lenganmu pasti masih sakit. 

Anakku, Niken. Surat ini kutulis memang tidak untuk saya kirim ke sana. Namun, surat ini untuk anak-anak saya di kelas 8G. Bahwa, dalam mengejar cita-cita, membahagiakan orang tua. Mungkin saja kita akan terjatuh. Disaat itulah, sebenarnya kita sudah lebih dekat dengan kesuksesan. Seperti halnya saat Niken berusaha mengajak ayah bicara, pulih dari depresi. 

Thank's, From your beloved father
Untung, S.Pd


Next Post Previous Post
No Comment
Komentar
comment url