Kaget
Catatan Ramadhan #1
Di rantau nun jauh dari tanah kelahiran, "pulang" menjadi harapan dan kebahagiaan. Menjelang bulan puasa, jauh-jauh sudah terasa ranum rindu, aroma tanah kelahiran di ujung hidung. Apalagi jarak dan waktu sebagai penebal rindu para perantau. Sering, saya merencanakan "pulang" jauh-jauh hari, walau pun yang saya siapkan hanya "hati". tanpa membawa apa-apa.
Seperti Ramadhan kali ini, saya menyebutnya "pulang kaget". Walau pun sudah jauh-jauh hari saya minta ijin ke istri untuk mengawali puasa di tanah kelahiran bersama orang tua. Saya tidak mengabari Bapak dan Ibu, kalau anaknya mau pulang. Tiba-tiba saya sudah di halaman rumah.
Melihat anaknya pulang, kaget lah beliau. kaget bercampur bahagia. Walau pun tidak membawa oleh-oleh, Bapak-Ibu sangat bahagia. Beliau juga tidak pernah berharap saya membawa sesuatu saat pulang, yang diharapkan saya sehat dan bahagia. Tanpa musibah yang berarti.
"Pulang kaget" bukan hanya kali ini. Sebelumnya juga sering saya pulang tanpa mengabari terlebih dahulu. Pada masa masih kuliah, awal saya merantau jarang pulang, bisa jadi setahun baru pulang. Karena tiba-tiba sudah ada di depan beliau, bahagianya luar biasa. Apalagi saya dalam keadaan sehat dan selamat.
Setelah saya berkeluarga punya istri dan anak kepulangan saya masih selalu diharapkan. Namun, selain kesehatan dan kebahagiaan saya, istri dan anak beliau selalu berharap saya pulang bersama cucunya. Bukan hanya pulang kaget