Pandemi di Negeri Sang Pemimpi

"mimpi adalah bunga tidur" begitulah kata Anonim."


Setelah sekian lama Pandemi melanda Negeri ini. Negara nyaris hancur, Negeri sang Pemimpi nyaris kehilangan mimpinya. Coba bayangkan, dalam dunia pendidikan, ibaratkan seorang pengrajin kehilangan tangannya, satu-satunya solusi adalah harus pakai tangan robot. Sungguh berat. Padahal pendidikan adalah bidang yang kompleks yang berkaitan langsung dengan semua bidang lainnya. Namun pandemi ini sudah berakhir.


Pagi itu, hari pertama Bunga masuk sekolah setelah dilanda pandemi. Saking senangnya, pagi-pagi buta dia sudah siap dengan seragam sekolah lengkap, buku pelajaran semuanya sudah di dalam tas. Ada sekitar 5 buku paket, ditambah buku tulis lainnya, serta bekal untuk makan siang. Rasa senang telah mengelabuhi Bunga, tas yang digendongnya terasa ringan.


Sampai di sekolah, ternyata guru-guru sudah datang semua, dan teman-teman juga sudah ada di sekolah "kurang ajar, mereka lebih pagi dari saya." kata hatinya. Rasa senang yang tak bisa dijelaskan bagai hujan di musim kemarau turun di tengah-tengah sekolah. Sebagai rasa senang dan semangat belajar pelajaran pun dimulai lebih pagi, Guru mata pelajaran sudah di dalam kelas, semua siswa sudah siap menerima pelajaran, termasuk bunga. "Bunga, Bunga....!" terdengar suara memanggil Bunga dari luar kelas, semua siswa menoleh, namun Bunga tidak mendengar panggilan itu. Teman-temannya tiba-tiba tertawa semua dan Bunga kaget, serta menoleh ke semua teman-temannya. Tambah kaget lagi, ketika Bunga melihat ibunya ada di samping jendela teriak-teriak.

 

"Bunga, Bunga......!! Bungun, nak. Ayo shalat subuh..........!!!"

Next Post Previous Post
No Comment
Komentar
comment url