Bencana dan Profil Pelajar Pancasil



Dua semester sudah dilewati, namun pandemi belum memberikan tanda akan enyah dari negeri ini. Bahkan dunia mengabarkan adanya farian baru dari virus yang kita kenal Covid-19. Usaha dengan Vaksinasi pun dilakuakan oleh Indonesia. Walau pun pro dan kontra mewarnainya. Setidaknya usaha ini sebagai bukti kesungguhan pemerintah untuk melawan virus tersebut.


Data Nasional terkait kasus positif terus mencapai rekor baru. Harapan besarnya, setelah tuntas vaksinasi, ada penurunan kurva terkait kasus positif. Indonesia bisa sembuh. 


Namun di tengah peningkatan kasus positif, Indonesia dilanda musibah besar, banjir dimana-mana, gempa bumi, dan gunung memuntahkan lahar panas. Korban pun berjatuhan. Selain duka dari bencana alam, Indonesia berduka atas Jatuhnya Sriwija Air SJ-182. Semoga Allah memberikan ketabahan dan kesabaran kepada keluar korban, dan surga sebagai tempat para korban bencana ini.


Di dua semester ini, dunia pendidikan diberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sampai kapan proses ini akan berlangsung? belum ada yang bisa menjawab dengan pasti. Kemendikbud memberikan point-point prinsip dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh, Salah satu prinsipnya adalah memberikan pengalam belajar yang bermakna.


Bermakna, artinya materi yang disampaikan tidak hanya apa yang ada di buku. Guru bisa mengarahkan dan mengaitkan lingkungan terdekat siswa dengan pembelajaran. Atau bisa mengambil pelajaran berharga dari peristiwa di Indonesia atau manca negara. Contohnya; pelajaran apa yang bisa kita ambil dari pandemi dan bencana alam di Indonesia. Siswa bisa diajak untuk merefleksi dari peristiwa tersebut. 


Dalam penguatan karakter, Kemendidikbud memiliki rencana strategis, yaitu; Profil Pelajar Pancasila. Dari program ini generasi yang akan datang lahir sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila. 


Profil pelajar pancasila dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran, aspek yang ada di dalamnya meliputi; beriman bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinrkaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.


Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, merupakan pemaham terhadap ajaran agama dan kepercayaan serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari. Dalam konteks bencana alam yang ada di Indonesia, siswa dapat mengambil pelajaran bahwa apa yang terjadi semua atas kuasa Allah.


Berkebinekaan global, dapat dipahami bahwa bencana alam tidak jauh dari perilaku masyarakat. Budaya masyarakat yang kurang baik hendaknya bisa dihindarkan, seperti; kurangnya peduli terhadap lingkungan, tidak mengedepankan kelesterian alam. Permasalahan kerusakan lingkungan dan alam merupakan isu global. Siswa dapat diajak untuk membuka pikiran, menunbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan dan alam.


Gotong royong, saudara yang menjadi korban bencana alam membutuhkan saluran tangan dan bantuan dari kita. Pelajaran berharga, siswa dapat diajak untuk berbagi dan peduli dengan korban tersebut. Bisa dengan berkolaborasi menggalang dana, dan sebagainya.


Sedangkan mandiri, bernalar kritis dan kreatif ini. Dari peritiwa tersebut, dan sikap yang sudah diambil bisa dipertanggungjawabkan. Sikap tersebut merupakan hasil pemikiran kritis dari siswa. Sehingga pemikiran dan sikap bisa terwujud resuli sebagai bentuk proses kreatif dari siswa. Dari hal ini semua, siswa akan mendapatkan pengalam belajar yang bermakna. Jika proses ini dilakan sepanjang masa, akan terwujud karakter pribadi yang kuat. Seperti yang dicita-citakan profil pelajar pancasila.

Next Post Previous Post
No Comment
Komentar
comment url