Menyamakan Visi Profil Pelajar Pancasila Antara Sekolah, Orang Tua, dan Siswa

"Tiada pekerjaan yang lebih penting, selain menemani anak-anak saya dalam meraih kesuksesan." kalimat ini sebagai pembuka Pak Ismail dalam acara studium general yang di gagas SMPN 55 Surabaya, dengan tema "Menyamakan visi Profil Pelajar Pancasila antara sekolah, orang tua, dan siswa". Senin, 22 Agustus 2022.



Acara tersebut merupakan serangkaian program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang dikenal P5. Sekolah dengan Tagline wisata edukasi flora dan fauna ini memilih kewirausahaan sebagai tema pertama. Pak Darto, sebagai kepala sekolah berharap melalui projek ini, jiwa-jiwa pengusaha tumbuh dalam diri siswa. Nantinya, siswa juga mendapatkan pengalaman belajar yang lebih dekat dengan kehidupan, ataupun yang dibutuhkan jaman.



Sesi pertama, Pak Ismail berkesempatan menyampaikan materi bersama para wali siswa. Pertama, beliau menyinggung peran orang tua dalam masa depan anak. Tugas utama orang tua menemani mereka sukses. Pelajaran pertama yang bisa diajarkan kepada anak-anak, yaitu; berani mengambil keputusan. “karena, kesuksesan besar berbanding lurus dengan resiko.” Tegas ketua ICMI Jawa Timur.

Pentin diketahui orang tua, “Sejatinya, mereka semua pintar-pintar, dan cerdas-cerdas. Namun, Sebagian besar anak-anak gagal karena belum mengetahui alamat yang jelas, tujuan dan cita-cita yang benar.”. Lanjut beliau, Konsekuensinya jika hal tersebut terjadi, pertama; mereka akan mengalami kesusahan dalam menggapai sukses, yang kedua; tidak efisien dan boros, dan ketiga; rentan dengan godaan hal-hal yang negatif.



Pesan Pak Ismail, orang tua tidak boleh seperti membawa kain ke tukang jahit. Ukuran dan bentuknya harus sama dengan yang diinginkan. Tidak boleh. Biarlah anak menjadi pribadi diri sendiri. Sekolah begitu juga, harus mampu memfasilitasi anak-anak untuk membentuk dirinya sendiri. Kekuatan terbesar, apa yang tumbuh dan berkembang dari dalam.

Sesi kedua, bersama dengan siswa. Pak Ismail, memberi pengumuman yang berisi “Siapa yang tidak ingin hidup sukses, ngacung!”. Tidak ada satu pun siswa yang tidak ngacung. Semua siswa sangat antusis dan ingin hidupnya sukses.

Di tengah-tengah siwa Pak Ismail membuka empat rumus sukses, yang disebut fourTa (4Ta). Yaitu, sukses harta, sukses tahta, sukses kata, dan sukses cinta.



Peran Guru Diantara sesi bersama wali siswa dan sesi siswa, saya memiliki kesempatan untuk berbincang langsung bersama Pak Ismail. Kesempatan tersebut saya manfaatkan untuk memperdalam peran guru sebagai pengganti orang saat siswa berada di sekolah. Lebih khusus terkait perkembangan jaman dan teknologi memiliki dampak negatif terhadap siswa. Hal tersebut menjadi tantangan besar bagi siswa dalam belajar, maupun menggapai cita-citanya.

Di depan saya dan kepala sekolah, dijelaskan bahwa dalam menjalani kehidupan ada konsep ADL yang beliau pegang. ADL ini merupakan singkatan dari, Allah, Diri, dan Luar. Artinya, peran besar dalam kehidupan kita tidak lepas dari campur tangan Allah. Satu Ayat ini sebagai bukti “dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya.” (Al-An’aam:59). Sebagian dari peran Allah itu, merupakan keyakinan dan usaha kita. Jadi, dampak dari luar hanya Sebagian kecil, jika Allah sudah menginginkan, dan kita meyakini hal tersebut. Sekuat apa pun dari luar tidak akan mampu menghalangi kesuksesan kita.

Jeda waktu antara sesi pertama dan kedua memang tidak Panjang, setelah penjelasan tersebut salah satu guru telah menjemput kami di ruang kepala sekolah. Sambil berjalan menuju aula, saya teringat apa yang juga disampaikan beliau di sesi pertama. “Sudah waktunya pendidikan disandingkan dengan kehidupan, ajarkan siswa mempelajari ilmu kehidupan”. Yang dimaksud kehidupan adalah diri siswa sendiri. Dekatkanlah mereka pada potensi dan kemampuan yang ada pada kehidupannya. Itu semua adalah tugas guru.

Next Post Previous Post
No Comment
Komentar
comment url