Manajemen Bencana dalam Dunia Pendidikan - Aksi #15

"presiden kita pada tahun 2019 sudah memberikan maklumat untuk memasukkan kebencanaan dalam kurikulum pendidikan. Sebenarnya tahun 2017 sudah ada materi yang menyangkut hal tersebut, namun muatannya hanya pada aspek fisik sekolah, dan kesiapan guru menghadapi bencana. Tetapi kurang materi pengetahuan untuk siswanya." Sikap Elva sebagai Narasumber dalam live podcast ini. 

"salah satu yang rentan pada saat terjadi bencana adalah anak-anak. Selain anak-anak, perempuan, lansia, dan yang berkebutuhan khusus. Mereka semua, minimal sadar bahwa kapan pun bisa terjadi bencana, dan tahu bagaimana cara menyelamatkan diri pada saat terjadi bencana" ungkap Elva Yunita, M.Sc. Founder Cigana (Kecil-kecil Siaga Bencana). Pada acara Live Podcast aksi berbagi dan berkolaborasi yang digagas oleh Pak guru Untung, Minggu, 30 Oktober 2022.

Kiblat terbaik dalam mitigasi bencana adalah Negara Jepang. Disana, pengetahuan tentang bencana sudah diajarkan sejak usia dini. "disana (Jepang), sekolah selalu melakukan simulasi proses terjadinya bencana dan proses evaluasinya." cerita ibu dua anak ini. 

Selain Elva ada satu lagi narasumber yang hadi ruang Live Podcast Pak Guru Untung, yaitu, Pramudya Bayu, Tenaga Ahli Anggota DPR RI Komisi X. Memang setiap daerah di Indonesia memiliki potensi terjadi bencana, dari yang kecil sampai yang besar. "sebenarnya pengetahuan kebencanaan bagi peserta didik atau anak-anak penting untuk dibekali sejak usia dini." buka laki-laki yang biasa dipanggil Bayu. 

Setelah paparan pandangan tema dari kedua Narasumber, saya pun mengajukan pertanyaan ke Elva, apasaja yang perlu disiapkan bagi masyarakat sebelum terjadi bencana. Yang paling utama, baik yang masuk dalam kategori rentan, atau masyarakat umum adalah menyiapkan mental. "jangan lupa, jika terjadi bencana pasti mental kita terserang. Kepanikan sering kita lihat pada mereka yang mengalami bencana." Jelas Elva. 

Pada sesi terakhir, Bayu berpesan bahwa simulasi ini sangat penting untuk dilakukan secara konsisten. "bahkan akan lebih terasa jika simulasi ini kerap dilakukan tidak hanya di sekolah, tetapi di tengah masyarakat umum, bisa tingkat RT/RW, desa atau kelurahan, akan lebih terasa berkesan." stakeholder yang bisa dilibatkan sangat banyak, bisa dari karang taruna atau pun OPD setempat. Bahkan dari komunitas kebencanaan pun bisa diajak terlibat dalam simulasi ini. 

"Simulasi ini akan berdampak positif jika dilakukan secara konsisten, bukan sekedar untuk memenuhi laporan kegiatan saja." kesan Elva. Harapannya Indonesia bisa mengarus utamakan kebencanaan, materi tentang pengetahuan bisa dijadikan konten semua mata pelajaran." dengan begitu, anak-anak akan tumbuh kesadaran dan pengetahuan yang tinggi tentang Kebencanaan." tutup Elva.

Next Post Previous Post
No Comment
Komentar
comment url